PERSPEKTIF
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Menurut Kusumadewi, dkk (2009) yang mengutip pendapat Van
de Velde (2003) dan Degoulet, Sistem Informasi Kesehatan dapat dibedakan dalam
berbagai perspektif yaitu perspektif fungsional dan perspektif arsitektur
teknologi. Dimana dua perspektif ini bersifat generic dan tidak hanya berlaku untuk Sistem Informasi Kesehatan
saja, tetapi juga untuk sistem informasi lainnya.
Menurut Kusumadewi, dkk (2009), secara
fungsional Sistem Informasi Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
Sistem Informasi, yaitu :
a. Sistem
Informasi Rumah Sakit,
1.
Pengertian
sistem ini
merupakan sistem yang mampu melakukan integritas dan komunikasi aliran
informasi baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Sistem informasi ini
meliputi : sistem rekam medis elektronik, sistem informasi laboratorium, dan
lain sebagainya yang terdapat pada fungsi dukung operasional dan medis di ruang
lingkup rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisa dan
penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan rumah sakit.
2.
Fungsi SIRS yaitu
:
·
Membantu
mewujudkan visi dan misi RS
·
Membangun dan
mengembangkan infrastruktur teknologi informasi
· Mensosialisasikan
dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia RS mengoperasikan teknologi
informasi
·
Meningkatkan
kinerja Rumah Sakit menjadi lebih efisien dan efektif
· Meningkatkan nilai
jual RS di masyarakat sebagai RS yang mengedepankan pelayanan
· Manajemen
pengelolaan data menjadi informasi yang cepat dan tepat guna bagi kepentingan
User, Manajemen maupun Pemerintah
·
Meningkatkan mutu
dan mempercepat proses pelayanan RS
· Meningkatkan
loyalitas dan kebanggaan karyawan terhadap RS tempat mereka mengabdi
·
Mengurangi
kesalahan-kesalahan faktor manusia
·
Menghilangkan
permasalahan redudansi data
·
Menghilangkan
permasalahan ketidakkonsistenan data
·
Pemetaan desain
sistem informasi sesuai dengan kebutuhan informasi pada saat ini dan masa
datang.
Berikut ini
beberapa fungsi dari SIRS di bagian-bagian sub system yang ada dalam system
(rumah sakit), yaitu :
1. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola
kegiatan layanan kesehatan.
2. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data
pasien.
3. Subsistem Personalia, yang mengelola data
maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga administrative Rumah sakit.
4. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data
dan transaksi keuangan.
5. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola
sarana dan prasarana yang ada di dalam rumah sakit tersebut,
termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
6. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang
mengelola aktivitas yang ada didalam rumah sakit tersebut,termasuk pengelolaan
data untuk plan jangka panjang,menengah,pendek,pengambilan keputusan dan untuk
layanan pihak luar.
3.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam SIRS
Dalam
siklus manajemen di rumah sakit, hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya
adalah:
·
Permintaan tujuan
dan target.
·
Memperhatikan
kebutuhan pelayanan.
·
Alokasi sumber
daya.
·
Pengendalian mutu
pelayanan.
·
Evaluasi program.
4.
Sistem pelaporan rumah sakit
5.
Manfaat Sistem Informasi rumah Sakit
Sistem
informasi rumah sakit memiliki beberapa manfaat yang didapat apabila sebuah rumah sakit menerapkanya dengan baik. Dibawah ini merukan contoh manfaat yang
didapat apabila menggunakan sistem informasi rumah sakit.
·
Pengendalian mutu
pelayanan medis,
·
Pengendalian mutu
dan penilaian produktivitas,
·
Analisa
pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan,
·
Perencanaan dan
evaluasi program,
·
Menyederhanakan
pelayanan,
· Mengembangkan dan
memperbaiki sistem yang telah ada sehingga memberikan suatu nilai tambah bagi
manajemen,
·
Meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan rumah sakit.
6.
Aplikasi Sistem
Informasi Kesehatan pada Sistem Informasi Rumah Sakit
a) Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah
Sakit
Rancang
Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari rumah sakit
tersebut.
Dalam
melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting
yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan
SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam
penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut:
- SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
- · SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
- · SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
- · SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
- · SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
- · Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
- · SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
- · Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
- · SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
- · SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
- · Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan SIRS.
7.
Sasaran Sistem Informasi Rumah Sakit
Atas
dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran
Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
- · Memiliki aspek pengawasan terpadu
- · Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
- · Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
- · Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan.
- · Terjaminnya konsistensi data
- · Orientasi ke masa depan.
- Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai
8. Tahapan pengembangan Sistem
Informasi Rumah Sakit
Secara
garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut:
- · Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,
- · Penyusunan Rancangan Global SIRS
- · Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
- · Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,
- · Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukung.
- · Operasionalisasi dan Pemantapan.
b. Sistem Informasi
Kesehatan Publik, jika
Sistem Informasi Rumah Sakit terbatas pada fungsi dukung operasional dan medis
dilingkup rumah sakit, Sistem Informasi Kesehatan Publik mempunyai cakupan yang
lebih luas. Kantor-kantor pemerintah yang mengurusi kesehatan dan lembaga
layanan kesehatan non rumah sakit.
c. Sistem Informasi Klinis
c. Sistem Informasi Klinis
1. Pengertian
Pada sistem ini tidak hanya membantu dokter dalam
menangani masalah administratif pasien, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pasien.
Sistem informasi kesehatan klinis dapat didukung dengan sistem pendukung
keputusan, yang diantaranya membantu dalam diagnosa penyakit dan menentukan tindakan
medis.
Klinik
sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan umum membutuhkan keberadaan
sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Pengelolaan
data di institusi pelayanan kesehatan merupakan salah satu komponen yang
penting dalam mewujudkan sistem informasi klinik.
Sistem
informasi klinik merupakan sebuah sistem
informasi yang di dalamnya meliputi proses penyimpanan dan pengambilan informasi
dalam membantu kegiatan pelayanan langsung pada pasien yang bertujuan
memperoleh hasil akurat, mempercepat pelayanan dan menghemat tenaga. Pelayanan
langsung tersebut meliputi:
·
Membantu
dalam mendiagnosa suatu penyakit.
·
Membantu dalam monitoring perkembangan pasien.
·
Menbantu
dalam penyesuaian terapi.
2. Tujuan sistem informasi klinik
a. Memperoleh hasil yang akurat
Dengan adanya
sistem informasi klinik maka rumah sakit bisa memperoleh data yang akurat dan
tepat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
b. Mempercepat pelayanan
Bisa mempermudah
dalam memberikan pelayanan sehingga pelayanan yang diberikan bisa efektif dan
efisien.
c. Menghemat tenaga
Karena adanya
sistem informasi klinik dapat membantu mempermudah dalam memberikan pelayanan
maka dapat menghemat tenaga.
3. Jenis sistem informasi klinik
a. Komputer pembantu diagnose
- · Pengumpulan data baik dari anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium yang diperlukan.
- · Penilaian atas data itu sehingga bisa dibandingkan dengan normal dan cirri khusus suatu penyakit, sehinggan akan membantu menentukan diagnose.
- · Contoh: Sistem anamnesa otomatis pasien dengan memasukan keluhan yang dirasa pada komputer maka akan muncul beberapa difrensial diagnose untuk penenganan. Interprestasi EKG, Hasil grafik EKG, selain gambarnya juga ada arti dari gambaran itu seperti aritmia, estedrepesi dan juga ada interprestasi yang berupa gambaran beberapa DD atau dari penyakit.
b. Komputer pembantu pengobatan dan tindak lanjut
- · Jenis ini akan membantu patokan terapi dan jadwal yang harus dipenuhi. Biasanya untuk terapi jangka panjang dan sensitive misalnya terapi kanker dengan radiologi dan kemoterapi.
- · Contoh: Computer yang berisi gambaran protocol pengobatan suatu penyakit dan upaya untuk mengingatkan bila sampai pada waktunya, Computerized Patient Follow Up sistem.
c. Sistem pemantau pasien
Sistem
ini akan memantau pasien terus menerus tanpa lelah seperti halnya manusia. Hal
ini penting diterpkan pada pelayanan:
·
ICU (Intensive Care Unit)
·
Kamar operasi
·
ICCU (intensive Cardive Care Unit)
d. Sistem
informasi rekam medis
Termasuk
dalam sistem informasi ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan
data yang ada pada status pasien, kemudian termasuk pula bagaimana pengelolaan
dan pencarian kembali.
e. Pengembangan
sistem informasi klinik
Pengembangan
sistem informasi klinik secara umum harus memenuhi adanya beberapa hal dibawah
ini:
1) Analisis system
Analisis sistem
perlu dilakukan saat rumah sakit memerlukan kekhususan tersendiri.
2) Rancangan system
Merupakan
rancangan yang dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.
3) Implementasi system
Sistem yang telah
dirancang, harus dibuat dan dijalankan sehinggan sistem tersebut benar-benar
bisa dijalankan dengan baik.
4) Pemeliharaan system
Sistem yang sudah
dijalankan harus dipelihara agar bisa berjalan lancar sehingga apabila ada
kerusakan dapat diketahui secara dini.
Sementara Menurut Kusumadewi, dkk (2009), dalam perspektif arsitektur
teknologi pada era teknologi informasi yang semakin lebih dekat ke arah
mobilitas pengguna, ada tiga pengembangan terpenting dalam Sistem Informasi
Kesehatan yaitu:
A. Sistem Informasi
Berbasis Komponen Objek, teknologi
bebasis pada komponen objek mengubah paradigma teknologi berbasis pada
perpindahan data (data-driven technology)
menjadi arsitektur berbasis pada pengetahuan (knowledge-driven technology) yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah.
B. Sistem
terdistribusi
a. Pengertian
Sistem
terdistribusi adalah kumpulan komputer otonomi yang dihubungkan oleh jaringan
dengan software yang dirancang untuk menghasilkan fasilitas komputerisasi
terintegrasi dianggap oleh pengguna sebagai satu sistem komputer tunggal.
Karakteristik
terpenting dalam sistem terdistribusi adalah adanya jenis komputer yang berbeda
dan cara komunikasi yang berbeda juga, tanpa diketahui pengguna.
Karakteristik
lainnya yaitu bahwa dalam sistem terdistribusi, pengguna dan aplikasi dapat
saling berinteraksi secara konsisten dan dengan tampilan yang sama, kapanpun
dan dimanapun mereka mengaksesnya. Aplikasi dapat berjalan secara bersamaan
pada prosesor yang berbeda. Karakteristik lain juga yaitu pengaksesan hardware
atau software dapat dilakukan secara bersamaan. Hal ini dapat menyebabkan
kesulitan dalam mensinkronisasi semua perangkat yang terlibat (no global
clock). Infrastruktur
dalam sistem terdistribusi adalah Jaringan computer, Berbagai perangkat keras dan perangkat lunak dan User yang saling terkait dalam jaringan
Untuk mendukung
keanekaragaman komputer dan jaringan yang menawarkan single view (terlihat seperti satu sistem komputer dalam
jaringan), sistem terdistribusi cera aplikasi berada pada lapisan antara
aplikasi dan sistem operasi. Lapisan ini disebut lapisan middleware untuk mendefinisikan
sistem terdistribusi.
Middleware merupakan perantara
yang memungkinkan pengguna (client) dan (lapisan aplikasi dan sistem operasi)
dapat saling berkomunikasi. Peran middleware cukup penting karena dengan adanya
middleware maka client dapat mengirimkan pesan dan permintaan kepada server
serta menterjemahkan pesan tersebut sehingga dapat dimengerti dan direspon oleh
server, begitu juga sebaliknya.
b.
Karakteristik Sistem Terdistribusi
1.
Konkurensi, yang
dimaksud dengan konkurensi adalah sistem atau program yang berjalan
bersama-sama, konkurensi pada sistem terdistribusi adalah suatu karakteristik
yang dimiliki oleh sistem terdistribusi dimana sifatnya setiap komputer atau
aplikasi dapat melakukan pekerjaan masing-masing tanpa terjadi konflik pada
pekerjaannya.
2. Tidak ada / Keterbatasan Global Clock, yaitu
Setiap komputer memiliki clock yang berbeda dalam sistem terdistribusi. Agar
tidak terjadi konflik maka diperlukan koordinasi agar tidak terjadi konflik
clock antar komputer. Saat program membutuhkan koordinasi antar komputer,
dilakukan proses pertukaran pesan antar komputer.
3. Kegagalan Independent, yaitu: komputer atau
sistem dapat mengalami kegagalan atau kerusakan akan sangat merepotkan apabila
kerusakan pada 1 komputer atau 1 sistem akan mempengaruhi semua
komputer/sistem. Oleh karena itu apabila terdapat komponen yang rusak atau
gagal, kerusakan tidak meyebar ke komponen lainnya.
c. Model Sistem Tedistribusi
1. Model Arsitektur
(Architectural Models)
Bagaimana cara kerja sistem terdisribusi antara
komponen - komponen sistem dan bagaimana komponen tersebu berada pada sistem
terdistribusi :
Ø Sistem client - server
Merupakan bagian dari model
sistem terdistribusi yang membagi jaringan berdasarkan
pemberi dan penerima jasa layanan. Pada sebuah
jaringan akan didapatkan: file server, time server, directory server, printer
server, dan seterusnya.
Ø
Proxy Server
Proxy server menyediakan hasil copy (replikasi)
dari resource yang di atur oleh server lain. Biasa nya proxy server di pakai
untuk menyimpan hasil copy web resources. Ketika client melakukan request
ke server, yang pertama dilakukan adalah memeriksa proxy server apakah yang
dimita client terdapat pada proxy server. Proxy server dapat diletakkan pada
setiap client dapat di pakai bersama oleh beberapa client. Tujuannya adalah
meningkatkan performance dan availibity dengan mencegah frekwensi akses ke
server. mengurangi load jaringan dengan menyediakan akses melalui firewall.
Ø
Sistem point to
point
Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi
dimana sistem dapat sekaligus berfungsi sebagai client
maupun server. Semua proses (object) mempunyai peran yang sama. Proses berinteraksi tanpa ada nya perbedaan antara
client dan server. Pola komunikasi yang digunakan berdasarkan aplikasi
yang digunakan.Merupakan model yang paling general dan fleksible
2.
Asynchronous Distributed System
Banyak sistem terdistribusi yang menggunakan model
interaksi ini (termasuk Internet)
·
Tidak ada batasan
dalam waktu pengkeksekusian.
·
Tidak ada batasan
dalam delay transmission (penundaan pengiriman)
·
Tidak ada batasan
terhadap fluktuasi waktu local.
·
Asynchronous
system secara praktek lebih banyak digunakan
3.
Model Kegagalan (Failure Models)
Model Kegagalan (Failure Models) dibutuhkan dalam
membangun suatu sistem dengan prediksi terhadap kagagalan yang mungkin terjadi.
i.
Ommision Failures
Yang dimaksud dengan Ommision Failures adalah
ketika prosesor dan kanal komunikasi mengalami kegagalan untuk melakukan hal yang
seharusnya dilakukan. Dikatakan tidak mempunyai ommision failures apabila : Terjadi keterlambatan (delayed) tetapi akhirnya
tetap tereksekusi. Dan Sebuah aksi di eksekusi
walaupun terdapat kesalahan pada hasil.
ii.
Arbitary Failures
Ini adalah kegagalan yang paling buruk dalam
sistem. Tahapan proses atau komunikasi diabaikan atau yang tidak diharapkan
terjadi dieksekusi. Sehingga hasil yang diharapkan tidak terjadi atau
megeluarkan hasil yang salah.
iii.
Timing Failures
Timing Failures dapat terjadi pada synchronous
system, dimana batas waktu di atur untuk eksekusi proses, komunikasi dan
‡uktuasi waktu. Timing Failures terjadi apabila waktu yang telah ditentukan
terlampaui.
4.
Model Sistem Terkluster
Adalah gabungan dari beberapa
sistem individual (komputer) yang dikumpulkan
pada suatu lokasi, saling berbagi tempat
penyimpanan data (storage), dan saling terhubung dalam jaringan
lokal (Local Area Network). Sistem kluster memiliki persamaan
dengan sistem paralel dalam hal menggabungkan beberapa CPU
untuk meningkatkan kinerja komputasi. Jika salah satu mesin mengalami masalah
dalam menjalankan tugas maka mesin lain dapat
mengambil alih pelaksanaan tugas itu. Dengan demikian,
sistem akan lebih handal dan fault
tolerant dalam melakukan komputasi.
Dalam hal jaringan, sistem kluster mirip dengan
sistem terdistribusi (distributed system). Bedanya, jika jaringan
pada sistem terdistribusi melingkupi komputer-komputer yang lokasinya
tersebar maka jaringan pada sistem kluster menghubungkan banyak komputer
yang dikumpulkan dalam satu tempat.
d. Ciri-Ciri Sistem
Terdistribusi
1. Data disimpan di sejumlah tempat
2. Prosessor pada tempat yang berbeda tersebut
dihubungkan dengan jaringan computer
3. Sistem basis data terdistribusi bukan terdiri dari
sekumpulan file yang berada pada berbagai tempat tetapi pada sebuah
basis data di berbagai tempat
4. Setiap tempat secara mandiri memproses permintaan
user yang membutuhkan akses ke data di tempat tersebut dan juga mampu
untuk memproses data yang tersimpan di tempat lain.
e. Tujuan Sistem
Terdistribusi
1. Making resources accesible (membuat sumber daya
dapat diakses). Tujuan utama sistem terdistribusi yaitu untuk memudahkan
pengguna dalam mengakses sumber daya jarak jauh secara bersama-sama dengan
terkontrol dan efisien. Dengan semakin meningkatnya konektivitas dan akses
untuk dapat saling berbagi, peningkatan keamanan juga menjadi hal yang sangat
penting.
2. Openness (Keterbukaan). Sistem distribusi terbuka
adalah suatu sistem yang menawarkan layanan sesuai dengan aturan standar yang
menjelaskan sintak dan semantik dari layanan. Dalam sistem terdistribusi,
layanan spesifikasi secara umum dalam tampilan antarmuka, yang sering disebut Interface Definition Languaga (IDL). Kunci
aspek openness adalah antarmuka standar dan protokol serta mendukung
keberagaman.
3. Pitfalls (perangkat). Beberapa prinsip mengikuti
aturan dasar dari kelayakan rekayasa perangkat lunak dan tidak akan
mengulang-ulang kesalahan. Sistem distribusi berbeda dengan perangkat lunak
tradisional karena komponen akan disebarkan atau didistribusikan ke jaringan.
Pendistribusian inilah yang menyebabkan kebutuhan sistem sangat kompleks dan
akan ada kesalahan yang perlu perbaikan nantinya. Hal ini disebabkan mengikuti
asumsi yang salah.
4. Scalability (Skalabilitas). Bertambahnya kebutuhan
terhadap sistem terdistribusi, memungkinkan untuk memperbesar dan memperkecil
infrastruktur dari sistem terdistribusi itu sendiri. Perubahan ukuran ini tidak
mempengaruhi sistem yang sedang berjalan. Perubahan skalabilitas ini pengguna
dan perangkat keras serta lunak sistem terdistribusi.
5. Distribution transparency (distribusi yang
transparan/ketransparanan). Sistem terdistribusi bertujuan untuk menyembunyikan
fakta bahwa proses dan sumber daya fisik didistribusikan ke banyak komputer.
Anggapan pengguna bahwa aplikasi yang dilihatnya merupakan satu sistem komputer
inilah yang disebut transparency.
f. Keuntungan Database
Terdistribusi
1. Pengawasan distribusi dan pengambilan data
Jika beberpa site
yg berbeda dihubungkan seorang pemakai yg berada pada satu site dapat mengakses
data pada site lain. Contoh : sistem distribusi pada sebuah bank memungkinkan
seorang pemakai pada salah satu cabang dapat mengakses data cabang lain.
2. Reliability dan availability
Sistem
distribusi dapat terus menerus berfungsi dalam menghadapi kegagalan dari site
sendiri atau mata rantai komunikasi antar site.
3. Kecepatan pemrosesan query
Contoh : jika
site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi site lain dapat melanjutkan
operasi jika data telah direplikasi pada beberapa site.
4. Otonomi local
Pendistribusian
sistem mengijinkan sekelompok individu dalam sebuah perusahaan utk melatih
pengawasan lokal melalui data mereka sendiri. Dengan kemampuan ini dapat
mengurangi ketergantungan pada pusat pemrosesan.
5. Efisiensi dan fleksibe
Data dalam sistem
distribusi dapat disimpan dekat dgn titik diman data tersebut dipergunakan.
Data dapat secara dinamik bergerak atau disain atau salinan dapat dihapus.
g.
Kerugian Database Terdistribusi
1.
Harga software
mahal
Hal ini disebabkan
sangat sulit utk membuat sistem database distribusi.
2.
Kemungkinan
kesalahan lebih besar
Site-site
beroperasi secara paralel sehingga lbh sulit utk menjamin kebenaran dan
algoritma. Ada kesalahan mungkin tak dapat diketahui.
3.
Biaya pemrosesan
tinggi
Perubahan pesan
dan penambahan perhitungan dibutuhkan utk mencapai koordinasi antar site.
C. Teknologi Mobile
Saat
ini teknologi mobile seperti handphone, PDA (personal digital assistant), dan
berbagai macam teknologi wireless lainnya
memungkinkan proses komputasi dan pemanfaatan Sistem Informasi Kesehatan
dipergunakan oleh pengguna yang secara fisik tidak terhubung secara langsung
dengan sistem. Sistem ini memungkinkan akses terhadap Sistem Informasi
Kesehatan secara remote maupun
secara lokal baik dari sisi administrator maupun pengguna umum (regular user).
1.
Pengertian
Mobile
Health adalah suatu bentuk inovasi dan kemajuan dari
teknologi e-health yang
dimanfaatkan dalam dunia kesehatan dimana inovasi ini diharapkan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan piranti online atau
sistem pra bayar dengan menggunakan device
/media komunikasi yang saat ini sangat dekat dengan manusia seperti
handphone, internet, dan lain-lain (Nurmi, 2013; WHO, 2011).Penggunaan mHealth ini ditujukan agar masyarakat
dapat berkomunikasi dengan pakar kesehatan tanpa harus bertatap muka
secara langsung yang sulit untuk akses ke pelayanan kesehatan.
2. Tujuan
Tujuan mobile health menurut World
Health Organization (2011); Ernst
&Young Global Technology Center (2013) antara lain:
· Memberdayakan
individu dan masyarakat dengan informasi terkait kesehatan dan mendorong
perbaikan kualitas layanan kesehatan
· Membantu
pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan masalah kesehatan,
memantau kemajuan kesehatan dan mempromosikan kesehatan.
·
Memperkuat dasar
bukti untuk kebijakan kesehatan yang efektif
· Meningkatkan tata
kelola, memobilisasi sumber daya baru dan memastikan akuntabilis sistem yang
digunakan.
3. Manfaat Penggunaan Mobile Health
Menurut Jabar dan Ismael
(2013); Labrique, et.al, (2013); Parameswari & Prabakaran (2012), beberapa
manfaat penggunaan mHealth yaitu
dapat memudahkan proses sebagai berikut:
a. Komunikasi dari masyarakat ke pelayanan
kesehatan yaitu Call center kesehatan /
bantuan kesehatan melalui saluran telepon dan Layanan telepon darurat bebas pulsa
b. Komunikasi dari pelayanan kesehatan ke
masyarakat yaitu Memberikan info tentang
peningkatan isu-isu kesehatan dan Sarana
pengingat seperti hari imunisasi, penyakit menular dan lain-lain.
c. Mengontrol masyarakat dalam pengobatan bertahap
d. Pemantuan dan pengawasan kesehatan yaitu Survey melalui telepon selular, Pemantauan & Pengawasan masyarakat (pasien) dan Pasien record
4. Klasifikasi
Secara umum,
aplikasi dalam bidang mHealth dikategorikan sebagai berikut.
a. Education and awareness
Pengaplikasian
ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi untuk mengedukasi dan
meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan. Agar menarik pengguna, beberapa
diantaranya dilengkapi dengan fitur gamification serta
terhubung ke media sosial. Beberapa contoh aplikasi smartphone di kategori ini
diantaranya.
· Aplikasi pendukung
olahraga, seperti Endomondo dan Pear
Training Intelligence.
· Diantaranya
memanfaatkan fitur GPS dan pengukur denyut nadi. Aplikasi edukasi
untuk menghentikan kebiasaan merokok, seperti SmokeFree dan quitSTART
· Aplikasi
penghitung kalori untuk membantu program diet, seperti MyFitnessPal dan Lose
It!
b. Diagnostic, communication
and training for healthcare workers
Pengaplikasian
teknologi mobile ini
digunakan untuk menyediakan dukungan untuk tenaga layanan kesehatan dalam
mendiagosis dan merawat pasien. Contoh aplikasi smartphone untuk mendukung tenaga layanan kesehatan
adalah MedScape dan Prognosis
: Your Diagnosis. Selain itu juga
dapat diterapkan untuk telemedicine,
dimana pasien diperiksa secara jarak jauh. Contoh aplikasinya adalah MDLIVE dan eVisit.
c. Disease surveillance,
remote data collection, and epidemic outbreak tracking
Pengaplikasian
dalam bidang ini memanfaatkan perangkat mobile dalam mengirim data secara cepat, murah, dan relatif
efisien. Data yang meliputi lokasi dan tingkat penyakit dapat membantu
pemerintah selaku penentu kebijakan atau organisasi lain untuk
memprediksi outbreak dan
mengetahui kebutuhan penempatan sumber daya medis.
5. Penerapannya
Contoh penerapannya adalah:
·
Coconut Surveillance, sistem surveillance malaria di Zanziba
·
Sistem
surveillance nutrisi di Malawi
·
Colorimetrix, aplikasi pelaporan konsentrasi air
·
Treatment support and medication compliance for patients
Pengaplikasian ini bertujuan untuk mendukung
keberlanjutan perawatan pasien seperti untuk men-track kondisi pasien, pengingat untuk minum obat, dan
penjadwalan perawatan. Penerapannya biasanya dilakukan melalui SMS atau dengan
aplikasi smartphone.
Contoh aplikasi smartphone diantaranya:
· Aplikasi pendukung
perawatan penderita kanker, seperti My Cancer
Manager
· Aplikasi pendukung
manajemen pasien diabetes, seperti OnTrack
Diabetes dan BlueStar
· Aplikasi pendukung
perawatan kesehatan mental, seperti Intelli Care dan TalkSpace
· Aplikasi pendukung
penderita insomnia, seperti Pzizz dan Relax
Melodies: Sleep & Yoga dan lain-lain.
6. Aplikasi sistem pada
mobile Health
Aplikasi Mobile
atau Mobile Content adalah
sebuah aplikasi yang memungkinkan dapat dilakukan secara mobilitas dengan
menggunakan perlengkapan seperti Personal
Digital Assistant (PDA) atau smartphone. Dengan menggunakan aplikasi mobile, dapat mengakses dan
menggunakan sebuah aplikasi web
secara nirkabel dengan menggunakan perangkat mobile, dimana data yang diperoleh dapat berupa text melalui Short Message Service (SMS), gambar,
maupun video (Ismael & Jabar, 2013). Pengguna tinggal mengunduh aplikasi
mobile melalui telepon seluler yang dimiliki, dan dapat mengakses informasi
kesehatan dari mana saja dan kapan saja.
Mobile content sangat
dimungkinkan dengan adanya jaringan 3G yang dapat memudahkan pengunduhan
beraneka isi layanan. 3G merupakan teknologi kecepatan akses data yang terbesar
saat ini. Layanan informasi kesehatan yang diakses melalui telepon seluler ini
biasa disebut dengan istilah mobile health paduan dari teknologi komunikasi
dengan ilmu kesehatan. Mobile health
memungkinkan semua lapisan masyarakat dapat mengaksesnya karena telepon seluler
telah menjadi kebutuhan pokok dan mendasar masyarakat saat ini. Tentu saja
teknologi informasi ini didukung dengan telepon seluler berbasis 3G dan
diharapkan dari teknologi ini dapat membantu meminimalkan resiko terburuk yang
dialami oleh penderita.
0 komentar:
Posting Komentar